Thursday, February 24, 2011

Kampung Kekal..;)

Akhirat adalah sebuah kampung tempat segala-galanya berkesudahan mengakhiri jalan panjangnya.

Rumah penghabisan dan tempat segala hiruk pikuk dunia ditimbang lalu ditunaikan hak orang-orang yang mempunyai hak serta diambilkan bayaran kekurangan orang-orang yang berbuat curang.

Nun di sana kita akan bersua seperti air sungai yang mengalir berliku kesana ke mari dan bermuara juga pada akhirnya.

Namun, akhirat bukan sekadar tempat berkesudahan yang terpaksa atau tempat pembuangan segala isi alam semesta.

Ya, pada ketetapan Allah, taqdir dan kuasaNya, tidak ada yang boleh lari dari akhirat.

Bagi orang-orang yang beriman, akhirat adalah juga tempat menggantungkan :

1. Cita-cita.

2. Harapan.

3. Puncak kebahagiaan abadi.

Lain pula bagi orang-orang yang bergelimang dengan dosa, bergaul dengan syaitan dan hawa nafsu, akhirat akan menjadi tempat penghempas yang menyakitkan.

Seperti longgokan sampah yang tidak mempunyai kekuatan dibawa arus, mengalir begitu deras bersama air yang mengalir. Lalu kemudiannya terhenti seketika, menebus segala kotorannya dengan cara yang sangat mengerikan.

Ia mungkin dahulu mengatakan seperti yang diabadikan oleh Al-Qur'an :

"Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), `Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia sahaja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan. '" (QS Al-An'am : 29).

Maka manusia sampah mempunyai pengakhirannya sendiri di kampung akhirat sana sebagai pengakhiran sampah atau bahkan lebih hina dari sampah.

Suasananya sangat mengharukan seperti yang digambarkan di dalam Al-Qur'an :

"Dan, jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, `Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman,' (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan) ." (QS Al-An'am : 27)

Akhirat :

1. Jauh dan dekatnya sangat bergantung kepada cara kita mengejarnya.

2. Lama dan sebentarnya bergantung kepada bagaimana kita berjalan menuju ke sana.

Sebenarnya kita bertaruh untuk sesuatu yang sangat pasti. Akhirat yang sering dilupakan sepatutnya hadir di setiap sela kehidupan kita, meskipun terasa asing dan tidak tergambarkan.

1. Ia dekat tetapi sering dianggap jauh.

2. Ia tetap nyata, walaupun sering dirasakan sebatas cerita.

Umpama pemangsa bertaring, ia boleh menyergap secara tiba tiba, tapi betapa ramai orang yang tidak pernah menyedarinya.

Akhirat umpama sahabat sejiwa.

1. Ia akan terus melambai jika kita masih jujur padanya.

2. Ia akan merindukan kita bila kita juga merindukannya.

3. Ia akan menyiapkan sambutan untuk kita bila kita masih setia berjalan menuju kepadanya.

Kesetiaan seorang Mukmin yang mencari cinta sejati iaitu cinta yang :

1. Menghidupkan.

2. Memastikan harapan.

Kesetiaan seorang Mukmin yang mengerti bahwa DUNIA hanyalah teman sementara, kawan yang menawarkan :

1. Mawar tapi juga durinya.

2. Madu tapi juga racunnya.

3. Manis tapi juga pahitnya.

Maka, di tengah-tengah kehidupan yang sangat penat dan melelahkan ini, bertanya tentang kampung akhirat yang abadi adalah suatu kemestian.

Di tengah-tengah gemerlapan kehidupan yang memacu peradaban kebendaannya, bertanya tentang khabar sahabat sejati adalah suatu kemestian :

Apa khabar akhirat?

Namun, ia akan lebih berhak bertanya :

1. Apa khabar kita sendiri?

2. Masihkah kita menjadi pengejar akhirat?

Di sini segalanya terasa sangat adil.

1. Bila kita menjauhinya, akhirat pun akan menjauhi kita.

2. Bila kita menghindarinya, ia juga akan menghindari kita.

3. Bila kita mendekatinya, akhirat pun akan mendekati kita.

Kita mesti bersyukur dari sisi yang lain betapa dekat atau jauhnya akhirat boleh kita rasa di lubuk hati yang paling dalam dan di kedalaman iman yang bercahaya di mana kita boleh bertanya pada segala suasana jiwa, gambaran fikiran dan bahkan pilihan selera.

Maka :

1. Tutur kata kita adalah bahasa akhirat kita, menjauhi atau mendekati.

2. Kerja-kerja dan kebanggaan prestasi kita adalah lorong-lorong akhirat kita, menjauhi atau mendekati.

3. Kadar ketinggian ruhani kita adalah tambatan-tambatan akhirat kita, kuat atau lemahnya.

4. Obsesi-obsesi kemanusiaan kita adalah ukiran yang diserlahkan di luar tentang akhirat kita, kukuh atau lemahnya.

5. Jumlah terhitung dari kebajikan-kebajikan kita adalah benih-benih pengharapan akan penerimaan Allah sebagai kunci-kunci akhirat kita, diterima atau tidaknya.

Akhirat, sahabat abadi itu masih menyisakan kesempatan untuk kita setidak-tidaknya hingga saat ini.

Di sini, saat kita masih seperti ini. Jadi, cermin itu ada di sini :

1. Bersama diri kita sendiri.

2. Bersama kadar iman kita.

di tengah-tengah kadar pasang surutnya.

Sementara, segala dosa dan kesalahan kita adalah batuan curam yang menghambat perjumpaan dengan sahabat yang sejati iaitu akhirat yang dirindukan.

Segala yang hidup mempunyai petanda.

Begitu juga dengan akhirat, tempat segala kehidupan sebenar bersaksi, ada banyak petanda :

1. Apakah ia bersama kita atau tidak.

2. Apakah ia mendekat kepada kita atau menjauh.

Pada cermin jati diri itu ada cerita tentang akhirat yang kian menjauhi atau lebih mendekatkan.

Bila suatu hari kita terasa sangat sepi terhadap akhirat, mungkin itu tandanya kita mesti bertanya, adakah akhirat telah menjauhi kita?

Tuturkata kita adalah bahasa akhirat kita, samada menjauhi atau mendekati.

Kerja-kerja dan pencapaian prestasi kita adalah lorong-lorong akhirat kita, samada menjauhi atau mendekati.

Pada semua sela-sela kehidupan yang kita jalani, marilah kita bertanya kepada diri kita dengan sejujurnya, bagaimanakah keadaan akhirat kita?

Ya Allah, jadikanlah hati kami sentiasa terikat dengan akhirat kerana dialah kampung sebenar kami yang kami sentiasa berjalan menuju kepadanya. Limpahkanlah kesedaran ke dalam jiwa kami betapa setiap perkataan yang keluar dari mulut kami dan perbuatan yang lahir dari anggota tubuh badan kami akan dipertanggungjawabk an di akhirat nanti kerana kami memahami bahwa di sanalah setiap manusia dan makhluk yang lain akan mendapat hak yang adil terhadap ketidakadilan yang berlaku di dunia ini.

Ameen Ya Rabbal Alameen

No comments:

Post a Comment